Mahasiswa Unila Bandar Lampung Tewas Terapanggang Saat Terjadi Kebakaran di Rumahnya

Mahasiswa Unila Bandar Lampung Tewas Terapanggang Saat Terjadi Kebakaran di Rumahnya

Bandar Lampung, 15 Oktober 2025 — Hening malam di kawasan Rajabasa tiba-tiba pecah oleh teriakan panik dan kobaran api. Selasa dini hari (14/10), sebuah rumah petak dilalap si jago merah. Yang lebih memilukan: di dalamnya, seorang mahasiswa Universitas Lampung (Unila) tak sempat menyelamatkan diri. Ia ditemukan tewas terpanggang—meninggalkan keluarga, kawan, dan mimpi yang belum sempat diraih.


Kebakaran Hebat, Satu Nyawa Melayang

Api diduga berasal dari korsleting listrik di ruang tamu sekitar pukul 02.30 WIB. Dalam hitungan menit, nyala api menjalar cepat, memakan dinding kayu dan perabotan rumah yang mudah terbakar. Warga sekitar berusaha memadamkan dengan alat seadanya, namun kobaran api terlalu ganas. Petugas pemadam kebakaran tiba sekitar pukul 03.15 WIB—sayangnya, terlambat menyelamatkan penghuni rumah.

Korban, berinisial RZ (21), ditemukan di dalam kamar tidurnya yang telah hangus. Diduga, ia sedang tertidur saat kebakaran terjadi dan tak mampu keluar karena pintu terhalang api serta asap tebal yang menghambat pernapasan.


Mahasiswa Berprestasi, Kini Tinggal Kenangan

RZ adalah mahasiswa semester akhir Fakultas Teknik Unila, jurusan Teknik Sipil. Ia tinggal sendirian di kontrakan itu demi menyelesaikan tugas akhirnya. Teman-temannya mengenangnya sebagai pribadi yang rendah hati, disiplin, dan selalu siap membantu. “Dia sering begadang mengerjakan gambar teknik, tapi tetap datang tepat waktu ke kampus,” kenang seorang rekannya dengan suara bergetar.

Pihak Unila langsung merespons dengan rasa duka mendalam. Wakil Rektor III, Dr. Ir. Budi Santoso, menyatakan bahwa kampus kehilangan salah satu calon insinyur muda yang penuh potensi. “Kami akan memberikan dukungan penuh kepada keluarga, termasuk bantuan pemakaman dan pendampingan psikologis bagi teman-temannya,” ujarnya.


Duka Keluarga, Cermin Kerentanan Tempat Tinggal Mahasiswa

Keluarga RZ yang datang dari Lampung Tengah hanya bisa menatap pilu puing-puing rumah yang kini tak berbentuk. Sang ibu, Siti Aminah, terisak mengenang putranya yang selalu rajin menelepon setiap minggu. “Dia bilang, ‘Bu, sebentar lagi lulus, nanti saya bawa Ibu jalan-jalan.’ Tapi sekarang… semuanya tinggal janji,” katanya sambil memeluk foto terakhir RZ.

Kasus ini kembali mengingatkan betapa rentannya kondisi tempat tinggal mahasiswa perantau. Banyak kontrakan dibangun tanpa memperhatikan standar keselamatan—kabel listrik usang, ventilasi minim, tanpa alat pemadam api, apalagi jalur evakuasi darurat, baca selengkapnya:
https://gribjayabandarlampung.org/hukum/mahasiswa-unila-bandar-lampung-tewas-terapanggang-saat-terjadi-kebakaran-di-rumahnya/
https://gribjayametro.org/hukum/dj-panda-irit-bicara-usai-diperiksa-kasus-pengancaman-erika-carlina/
https://gribjayaternate.org/ekonomi/blusukan-ke-pasar-higienis-ternate-suara-pedagang-gibran-turunkan-harga-beras-di-maluku-utara/
https://gribjayatidore.org/hiburan/wali-kota-tidore-muhammad-sinen-tutup-indonesiana-volleyball-turnamen-tim-darussalam-juara-1/
https://gribjayaambon.org/hukum/pria-mabuk-di-ambon-tewas-ditikam-teman-gegara-saling-ejek-di-jalanan/


Pelajaran yang Tak Boleh Dilupakan

Kematian RZ bukan hanya tragedi pribadi, tapi juga alarm bagi kita semua:

  • Periksa instalasi listrik secara berkala.
  • Sediakan alat pemadam api ringan (APAR) di rumah.
  • Pastikan ada lebih dari satu akses keluar saat darurat.

Karena di balik setiap dinding rumah, ada nyawa yang berharga—dan tak seorang pun layak pergi dalam kesakitan, terjebak dalam gelap, sendirian.

Selamat jalan, RZ. Semoga damai menantimu di surga.
Dan semoga kisahmu menjadi pengingat: keselamatan bukan pilihan—tapi keharusan.